Skip to main content

Rahasia Fakta Misteri Dan Misteri Tarian Kematian Tahun 1518 - Fenomena Dunia

dance
Lukisan karya Pieter Bruegel the Elder (sumber:wikipedia)
Di berbagai belahan dunia, orang sudah mengenal berbagai macam tarian. Biasanya tarian dianggap bagian dari budaya setempat dan dipentaskan saat ada momen-momen penting, seperti pernikahan, dan lainnya. Nah, tarian yang pernah mewabah di Strasbourg ini sangat berbeda sekali. Mereka menari hingga tewas tanpa alasan yang jelas. Orang-orang keluar rumah untuk menari. Semakin hari pesertanya semakin banyak.  Mereka bergabung hingga meninggal satu per satu.

Peristiwa aneh ini terjadi pada pertengahan tahun 1518. Seorang perempuan bernama Frau Troffea menari di jalanan sempit di kota Strasbourg. Sebabnya tidak diketahui. Ia melakukannya selama empat atau enam hari. Pada minggu pertama 34 orang lain ikut menari bersamanya. Jumlah itu semakin bertambah dan tak terkendali. Hingga satu bulan, total 400 orang menari. Mereka menari dan melompat. Dalam kasus lain yang serupa, para penari tertawa, menangis, berteriak histeris, atau menyanyi. �Orang-orang ini tidak hanya gemetar atau kejang; meski mereka tak sadar, tangan dan kaki mereka bergerak seolah-olah mereka sengaja menari,� demikian tutur seorang pakar sejarah dari Universitas Michigan bernama John Waller.

Kebanyakan penari berjenis kelamin perempuan walaupun tidak disebut dengan jelas berapa perbandinggannya dengan laki-laki. Mereka terus menari selama berhari-hari, hingga ada yang meninggal gara-gara serangan jantung, kelelahan, atau stroke. Konon 15 orang meninggal setiap harinya. Kejadian ini terekam dalam catatan para dokter, pengkhotbah Gereja, serta oleh pemerintah Strasbourg.

Teka-teki masih berlanjut. Karena keadaan semakin memburuk, pemerintah merasa prihatin dengan keadaan tersebut. Namun bukannya menghentikan tarian, mereka malah menyediakan panggung di pusat kota yang bebas digunakan untuk menari. Mereka yakin kalau para penari akan sembuh kalau mereka menari siang dan malam tanpa henti. Pemerintah bahkan menyewa penari profesional dan musisi agar penduduk tetap menari. Tentu saja, karena digelar di tengah kota, jumlah penari semakin membludak.

Dance Plague 1518 (sumber:wikipedia)
Ada alasan di balik kebijakan tersebut. Di masa itu tarian dianggap sebagai kutukan, sekaligus penawarnya. Waller menemukan beberapa kesaksian yang menceritakan bagaimana orang-orang yang sempat sadar kembali menari. Kali ini mereka menari bukan karena sakit, tapi karena menganggapnya sebagai cara untuk mengusir kutukan. Walhasil, begitu musim panas berakhir banyak penduduk yang meninggal karena kelelahan.

John Waller menggambarkan beban yang dialami oleh fisik penari lebih berat dari beban seorang pelari maraton. Ia menganggap pelari maraton pun tidak akan sanggup bertahan melakukan tarian maut tersebut. Dalam perhitungan normal, Frau Troffea, perempuan yang memulai kejadian aneh itu, seharusnya sudah meninggal pada hari ketiga. Namun berbagai catatan mengindikasikan tariannya berlangsung hingga enam hari.

Dilansir oleh Wikipedia, teori-teori modern menduga perilaku mengerikan tersebut dipicu keracunan. Berdasarkan teori ini, penduduk yang menari diduga mengkonsumsi gandum yang terjangkiti sejenis jamur api. Tapi jamur itu justru menghalangi peredaran darah sehingga mengakibatkan gerakan menari sulit dilakukan.

Berbeda lagi dengan Digital Journal yang menyebutkan stres yang melanda masyarakat umum sebagai pemicunya. Sekitar tahun 1518, kawasan tersebut memang tengah dilanda krisis. Kelaparan mewabah di mana-mana dan menewaskan banyak orang. Mereka yang masih bertahan hidup terpaksa meminta-minta. Belum lagi dengan penyakit cacar dan sifilis yang mematikan. Keadaan itu menekan jiwa penduduk dan membuat mereka berperilaku aneh.

Di sisi lain, keyakinan penduduk Strasbourg yang masih kental dengan takhayul juga tak banyak membantu. Tersebar dugaan bahwa tarian itu adalah kutukan. Bila St. Vitus dari Sisilia yang meninggal tahun 303 marah, ia akan mengirimkan wabah berupa tarian yang tak terkendali. Rasa takut akan kutukan ini diperkirakan mengubah tarian maut tersebut menjadi sebuah ritual religius. John Waller menemukan kesaksian bagaimana sejumlah orang dibuat kerasukan dengan sengaja, lalu menari. Dengan bimbingan musik, mereka berpawai menuju kuil yang dibuat khusus bagi orang suci yang dianggap berkaitan dengan wabah tersebut: St. Vitus dan St. John.

Misteri ini masih menjadi perdebatan hingga kini. Dan ternyata kasus ini tidak hanya terjadi sekali. Ada tujuh kasus lain yang serupa selama Abad Pertengahan. Semuanya berlangsung di kawasan yang sama.
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.